Sabtu, 07 Mei 2016

Laporan Survei Pasar Tradisional Mergan dan Pasar Modern Robinson Malang

LAPORAN SURVEY PASAR TRADISIONAL MERGAN DAN PASAR MODERN ROBINSON
KEDELAI DAN BAWANG PUTIH






Disusun Oleh:
KELOMPOK 4
KELAS F

MUHAMMAD IKSAN RAMAD                 115040101111157
IRFAN FAHRIZZA                                       135040101111082
FEBRI IRAWAN                                           135040101111020
RAFIDA MAHMUDAH                               135040101111256
TIONARTI BAKARA                                  135040101111195


PROGAM STUDI AGRIBISNIS
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS BRAWIJAYA
MALANG
2014
BAB I
PENDAHULUAN

1.1  Latar Belakang
    Di era yang globalisasi yang semakin canggih pasar merupakan tempat yang tetap dibutuhkan keberadaannya oleh masyarakat. Pasar sebagai tempat untuk konsumen mencari produk barang atau jasa yang dibutuhkan dalam kehidupan sehari-hari, begitu pula bagi penjual atau pemasar pasar digunakan sebagai sarana untuk memasarkan produknya dengan tujuan memperoleh laba. Di  pasar pembeli dan penjual dapat saling bernegosiasi untuk memperoleh kesepakatan harga yang disetujui oleh kedua belah pihak. Di masa yang semakin modern seperti sekarang telah muncul berbagai pasar modern (supermarket) yang  banyak dikunjungi oleh masyarakat ekonomi menengah ke atas, namun terlepas dari hal itu keberadaan pasar tradisional tetap mendapat tempat di mata masyarakat. Pasar tradisional menyediakan berbagai bahan pokok hasil pertanian yang memiliki harga lebih terjangkau jika dibanding dengan pasar modern. Keberadaan pasar tradisional dan pasar modern pasti memiliki perbedaan baik dari segi produk yang diperdagangkan, harga produk serta struktur pasarnya.

1.2 Tujuan
a. Dapat mengetahui perbandingan pasar tradisional dan modern
b. Dapat mengetahui karakteristik produk di pasar
c. Dapat mengetahui struktur pasar pada pasar tradisional dan pasar modern




BAB II
METODELOGI
2.1 Tempat dan waktu
     Survey yang kelompok kami lakukan dipasar tradisional dan pasar modern. Lokasi pasa tradisional berada di Pasar Mergan, Kecamatan Sukun, kota Malang, Jawa Timur dan lokasi pasar modern di Supermarket Robinson Ramayana, Alon-alon Kota Malang. Dan survey dilaksanakan pada hari kamis 27 November 2014.

2.2 Teknik Pengumpulan Data
     Data yang kami peroleh adalah data primer yang diperoleh langsung dari narasumber melalui wawancara langsung di pasar.

2.3 Metode Penelitian





BAB III
HASIL DAN PEMBAHASAN

3.1 Gambaran Pasar yang Diteliti
3.1.1 Pasar Tradisional Mergan
        Pasar tradisional cukup memiliki peran penting dalam menambah penghasilan daerah. Namun peran pasar tradisional sekarang ini mulai tergeser oleh keberadaan pasar modern. Meskipun demikian tetap banyak masyarakat yang memanfaatkan pasar tradisional untuk berdagang maupun berbelanja. Salah satu pasar tradisional yang masih rame dikunjungi sampai saat ini adalah pasar Mergan. Pasar Mergan merupakan salah satu pasar tradisional yang terletak dikota Malang tepat berada di jalan Raya Langset, kecamatan Sukun, Kota Malang. Pasar ini berdiri sejak tahun 1978, Pasar ini memiliki struktur pengurus pasar yang dipimpin oleh Bapak Suwarto, selaku Kepala Pasar. Pasar Mergan menjadi tempat tujuan belanja dari kelurahan Mergan atau masyarakat setempat. Kebanyakan pedagang berasal dari daerah Sukun dan sekirannya. Pasar Mergan juga dilengkapi dengan fasilitas pendukung antara lain, toilet, musolla, kantor kepala pasar, dsb. Sarana transportasi yang ada disekitar pasar Mergan ini antara lain; angkot, becak, ojek,dan lain-lain.
3.1.2 Pasar Modern Supermarket Robinson, Ramayana
Perusahaan ini dirintis oleh suami istri Paulus Tumewu di Ujung Pandang. Maka tahun 1978 didirikanlah outlet perintis “Robinson Supermarket” di Jl. H. Agus Salim Jakarta Pusat yang dikenal dengan “ R 1 “. Dari sinilah bisnis eceran Ramayana & Robinson Group menggurita semakin aktif mendekati konsumen. Walaupun Indonesia mengalami ketidakpastian ekonomi dan politik, Robinson tetap konsisten untuk melebihi target penjualan, memperluas wawasan dan melanjutkan kebijakan yang sukses diterapkan sejak krisis 1997 – 1998 yang berdampak besar terhadap industri retail. Sejak bisnis dimulai pada tahun 1978, Robinson bergerak lambat tapi tumbuh dengan mantap. Meskipun krisis nampaknya belum berakhir, namun pertumbuhan bisnis yang cepat dapat melewati masa pra krisis lebih cepat dibandingkan kompetiter terdekat dan dianugrahi penghargaan sebagai hasilnya.
Di Jakarta, Robinson melanjutkan untuk membangun kembali toko-toko yang rusak atau hancur selama terjadi kerusuhan. Fakta yang membanggakan adalah bahwa dalam waktu 18 bulan Robinson sanggup membangun kembali 10 dari 12 toko yang hancur. Selebihnya dalam tahap renovasi dan  telah siap dibuka kembali padapertengahan 2001.Setiap tahun Robinson akan membuka 10 sampai 12 toko. Sementara pertumbuhan ekonomi di Jawa berjalan lambat, Robinson mulai mengalihkan perhatian ke luar pulau Jawa yang dapat menjadi daerah potensial untuk ekspansi.Robinson merencanakan untuk meningkatkan jumlah toko sekitar 10 tokopertahun secara nasional pada tahun-tahun mendatang dengan perkiraan 50 % berlokasi di luar pulau Jawa.
Peningkatan penjualan tahun 2000, didukung terjadinya peristiwa yang langka yaitu tahun baru muslim, Idul Fitri, liburan, yang terjadi 2 kali pada tahun yang sama. Perencanaan yang layak dan pengendalian mendukung untuk menjaga kestabilan harga rendah dan menjaga barang dagangan dapat dijangkau pada konsumen utama. Meskipun kompetisi terus meningkat selama tahun 2000, strategi perusahaan yang menawarkan barang dagangan bernilai murah dan dapat dijangkau mendukung dominasi Robinson atas kelas menengah dan bawah. Di lain pihak, banyak pesaing lokal yang masih berjuang melawan efek resesi ekonomi sedangkan pesaing asing memfokuskan diri pada konsumen level menengah dan atas.
3.2 Hasil Survey Pasar
3.2.1 Perbedaan karakteristik komoditas pertanian
a. Karakteristik komoditas pertanian di pasar tradisional
·      Bawang Putih
1.   Karakteristik bawang putih di pasar tradisional tidak dilakukan pengemasan yang rapi dan aman
2.   Ukurannya tidak sama, terdapat bawang yang tidak utuh dalam 1 bonggol
3.   Dijual dalam kondisi yang tidak cukup higienis
4.   Jumlah pembelian dibebaskan dengan permintaan pembeli
5.   Bawang diletakkan pada wadah atau masih terdapat di karung
6.   Di sebagian penjual bawang putih masih tercampur dengan kulit-kulitnya.
·      Kedelai
1.   Kedelai tidak dikemas dengan rapi dan aman
2.   Kedelai diletakkan pada wadah atau masih terdapat di karung
3.   Jumlah pembelian dibebaskan dengan permintaan pembeli
b.      Karakteristik komoditas pertanian di pasar modern (Supermarket)
·      Bawang Putih
1.   Bawang putih dijual dengan pengemasan yang rapi dan aman
2.   Pada setiap pengemasan memiliki berat yang berbeda-beda
3.   Pensortiran baik sehingga bawang putih terlihat higienis
·      Kedelai
1.   Kedelai di pasar modern memiliki nilai tambah karena adanya perlakuan pengemasan yang baik dan menarik
2.   Terdapat beberapa jenis pengemasan pada kedelai yang berdasarkan atas berat kedelai yang dijual
3.   Kedelai tampak terlihat sangat higienis karena sudah dalam kemasan.

3.2.2   Landasan penentuan harga komoditas Bawang Putih dan Kedelai di pasar tradisional dan supermarket
a.      Pasar tradisional
    Penentuan kedua harga komoditas ini sama, yaitu berdasarkan harga dari Pedagang besar atau kulakan yang mensuplai bawang putih dan kedelai. Para pedagang di pasar akan menjual 50-100% kali lipat dari harga yang di dapat dari petani atau tengkulak. Meskipun mereka menjual 50-100% kali lipat, tetapi tetap saja laba yang mereka dapatkan tidak banyak, karena terpotong biaya lain-lain, seperti biaya angkut dan kuli panggul.
b.      Pasar Modern Supermarket
    Dalam survey yang dilakukan di supermarket, kelompok kami tidak dapat menanyakan langsung pada karyawan supermarket tersebut. Namun, setelah kami melihat harga-harga pada supermarket dapat disimpulkan bahwa dalam penentuan harga bawangputih dan kedelai di supermarket sebenarnya sama saja dengan di pasar tradisional. Supermarket akan tetap mensuplai komoditas tersebut dari petani atau tengkulak. Akan tetapi biasanya di supermarket akan membelinya secara langsung dari petani kemudian mereka akan mengemasnya sendiri. Harga yang ada disesuaikan dengan kualitas yang ada pada bawang putih dan kedelai tersebut. Kemudian di supermarket menggunkan pengemasan yang memiliki nilai tambah pada bawang putih dan kedelai sehingga ada biaya tambahan untuk pengemasan serta ditambah dengan pajak.

3.2.3   Data dan informasi yang terkait dengan beberapa kriteria lain untuk menentukan struktur pasar dari komoditas pertanian di pasar tradisional dan pasar modern.
a.      Tingkat konsentrasi pembeli dan penjual pada pasar tradisional dan supermarket
·         Pasar Tradisional
      Tingkat konsentrasi pembeli pada pasar tradisonal memang ditujukan pada masyarakat menengah ke bawah. Walaupun tidak menutup kemungkinan bahwa masyarakat menengah ke atas juga berbelanja bawang putih dan kedelai di pasar tradisional. Para ibu rumah tangga biasanya lebih suka berbelanja di pasar tradisional karena mereka dapat menawar harga. Dan juga para pedagang kecil yang untuk dijual kembali di toko/warung yang mereka miliki. Persaingan penjualan yang ada juga tinggi, karena dalam satu pasar bukan hanya ada satu penjual, tetapi juga banyak penjual lainnya. Pasar tradisional termasuk dalam pasar persaingan sempurna karena memiliki banyak penjual dan oligopsoni karena memiliki banyak pembeli.
·         Pasar Modern (Supermarket)
      Di dalam supermarket, pangsa pasar yang dituju adalah masyarakat menengah ke atas. Ibu rumah tangga yang tidak suka dengan keadaan pasar tradisional yang kebanyakan kumuh akan memilih supermarket sebagai tempat berbelanja. Jadi ketika dibandingkan dengan pembeli yang ada di pasar tradisional, pembeli di supermarket lebih sedikit karena selain harganya yang cukup mahal, mereka tidak dapat menawar produk yang akan dibeli di pasar modern. Termasuk dalam pasar persaingan sempurna karena memiliki banyak penjual dan oligopsoni karena memiliki banyak pembeli.
b.      Tingkat deferensiasi antara pasar tradisional dan supermarket
           Komoditas pada pasar tradisional terlihat kurang menarik dibandingkan dengan  yang ada di supermarket. Hal yang menimbulkan perbedaan ini dikarenakan :
1.    Kualitas komoditas yang di stok pada pasar tradisional dan supermarket sangat berbeda. Biasanya komodiatas di supermarket di stok dengan kualitas lebih baik karena sasaran pemasaran komoditas ini pada supermarket adalah kelas menengah ke atas, sedangkan pada pasar tradisional adalah menengah ke bawah.
2.    Kondisi lingkungan antara pasar tradisional yang panas dan supermarket yang dingin mempengaruhi tingkat kesegaran serta umur simpansuatu komoditas. Pada pasar tradisional yang panas membuat komoditas tersebut mudah busuk sedangkan pada supermarket yang berada pada ruangan yang dingin, membuat kedua komoditas ini lebih awet dan mampu mempertahankan kualitasnya.
3.    Pensortiran komoditas produk yang dilakukan antara pasar tradisional dan supermarket sangat berbeda. Dapat ditemui pada pasar tradisional, pembeli harus memilih lagi komoditas produk yang ingin dibeli tersedia karena kebanyakan masih tercampur atau tidak dalam bentuk kemasan. Sedangkan pada supermarket pembeli telah disediakan produk dengan persotiran yang sesuai dan tidak perlu memilih lagi.
4.    Harga bawang putih dan kedelai yang ditawarkan antara pasar tradisional dan supermarket mempunyai perbedaan yang signifikan. Harga keduanya di pasar tradisonal murah karena memang pada pasar tradisional tidak melakukan pengemasan serta kualitas yang kurang tinggi. Sedangkan di supermarket menyediakan kualitas yang tinggi dengan harga yang tinggi pula.
5.    Dari segi tampilan, bawang putih dan kedelai di supermarket lebih menarik karena bawang putih dibungkus dengan jaring-jaring dan terdapat label. Begitu juga dengan kedelai, kedelai dikemas dengan plastik bening dengan berbagai macam ukuran kemasan. Sedangkan pada pasar tradisional tanpa dibungkus hanya diletakkan pada wadah atau masih didalam karung, jika ada yang membeli barulah komoditas tersebut dibungkus menggunakan pelastik biasa.
c.       Kondisi untuk masuk pasar (barriers to entry)
1.      Pasar tradisional
     Hambatan pemasaran di pasar tradisional sangatlah beragam mulai dari rantai pemasaran yang terlalu banyak/panjang sehingga di dalamnya terdapat banyak pelaku pasar yang berpengaruh terhadap penyusutan harga mulai dari petani sampai pedagang pengecer. Karakteristik produk pertanian yang mudah rusak dan memakan tempat menjadi permasalahn utama di pasar tradisional karena kondisi tempat yang panas sehingga mempercepat proses respirasi yang menyebabkan mudah busuk.
2.      Pasar Modern (Supermarket)
     Sebenarnya kami tidak mendapatkan informasi yang pasti pada saat survey di pasa modern, karena kami hanya dapat sedikit bertanya kepada petugas yang biasa merapihkan produk produk yang akan dijual, dan beliau pun menjawab berdasarkan apa yang ia ketahui saja dan belum pasti kebenarannya. Berdasarkan hasil survey kami, komoditas yang dijualdi suprmarket di suplay dari kelompok tani langsung atau dari perusahaan yang sudah menjalin kerjasama dengan pihak supermarket. Kebanyakan bawang putih dan kedelai yang masuk di supermarket telah mengalami pengemasan. Terkadang pengemasan juga dilakukan sendiri oleh pihak supermarket, apabila tidak dikemas sebelumnya, komoditas yang masuk telah disortir sesuai dengan kebutuhan yang diminta oleh pihak supermarket.
d.      Tingkat pengetahuan pasar
1.      Pasar Tradisional
     Bawang putih dan kedelaiyang di jual di pasar tradisional memang tidak terjamin bahwa itu bebas dari bahan-bahan pestisida berbahaya. Para penjual juga tidak akan memberi tahu kepada para pembeli apakah komoditas yang dijual itu bebas dari bahan kimia berbahaya atau tidak. Kebanyakan para pembeli tidak pernah memperdulikan hal tersebut. Mereka hanya puas dengan harga yang ditawarkan murah. Para pedagang di pasar tradisional mendapatkan informasi dari para pedagang lainnya yang saling bertukar informasi ataupun dari para tengkulak saat ada kenaikan atau penurunan harga komoditas sayuran.
2.      Pasar Modern (Supermarket)
     Para pembeli yang memilih supermarket untuk berbelanja bawang putih dan kedelai pasti tahu bahwa kualitas yang disediakan memang bagus. Para pembeli yang sadar akan kesehatan sayuran atau buah-buahan yang dimakan pasti akan lebih memilih berbelanja di supermarket. Dengan kebersihan yang terjaga.Untuk pengetahuan harga Quality control mengatakan bahwa mereka mengetahui kenaikan atau penurunan komoditas sayuran langsung dari para petani atau perusahaan sayuran yang bekerja sama maupun mengetahui informasi dari media sosial,internet koran ataupun berita.
3.2.4        Menghitung Market share, Indeks Herfindahl, Concentration for Biggest 4, Indeks Rosenbluth, dan Indeks (Koefisien) Gini
a.      Data hasil tingkat volume pembelian
1.      Pasar Tradisional
·Bawang Putih
Nama Pedagang
Harga per Kg (Rp)
Volume Pembelian per Minggu (Kg)
Saluran Pemasaran
Pedagang 1
13.000
25
Tengkulak – Distributor Malang
Pedagang 2
11.500
40
Kulakan – Pasar Gadang
Pedagang 3
12.000
40
Kulakan – Pasar Gadang
Pedagang 4
12.000
20
Kulakan – Toko besar
Pedagang 5
15.000
30
Penimbun di Batu
Pedagang 6
12.000
35
Kulakan – pasar Comboran
Pedagang 7
14.000
30
Kulakan – Pasar Gadang

·         Kedelai
Nama Pedagang
Harga per Kg (Rp)
Volume Pembelian per Minggu (Kg)
Saluran Pemasaran
Pedagang 1
11.000
4
Tengkulak – Distributor Malang
Pedagang 2
10.000
6
Kulakan – Pasar Gadang
Pedagang 3
10.500
7
Kulakan – Toko
Pedagang 4
11.500
5
Kulakan – Toko besar
Pedagang 5
9.500
10
Kulakan – Pasar Gadang
Pedagang 6
9.000
9
Kulakan – Toko Besar
Pedagang 7
10.500
4
Kulakan – Pasar Gadang


2.      Pasar Modern (Supermarket)
·Bawang Putih
     Berdasarkan hasil survey kami, harga bawang putih pada pasar modern adalah Rp.16.900,00 per kilogram, namun bawang putih pada pasar modern dapat juga dibeli per seratus gram, dengan harga Rp.1.190,00. Karena kami tidak dapat melakukan wawancara, kami tidak dapat mengetahui berapa volume pembelian komoditas bawang putih per minggunya. Tetapi setelah kami melakukan survey yang kedua seminggu setelah survey yang pertama, kami dapat memperkirakan bahwa volume pembelian bawang putih per minggu sekitar satu keranjang dimana dalam satu keranjang terdapat 20 kemasan bawang putih dengan berat masing-masing kemasan 1 kg.Jadi, volume pembelian bawang putih pada pasar modern kami perkirakan sekitar 20 kg per minggu.

·         Kedelai
     Berdasarkan hasil survey kami, harga kedelai pada pasar modern adalah Rp.15.700,00 per kilogram. Karena kami tidak dapat melakukan wawancara, kami tidak dapat mengetahui berapa volume pembelian komoditas kedelai per minggunya. Tetapi setelah kami melakukan survey yang kedua seminggu setelah survey yang pertama, kami dapat memperkirakan bahwa volume pembelian kedelai per minggu sekitar 4-6 kg.

b.      Perhitungan Market share, Indeks Herfindahl, Concentration for Biggest 4, Indeks Rosenbluth, dan Indeks (Koefisien) Gini

·         Bawang Putih
No.
Pedagang Pasar Mergan
Volume Pembelian Bawang Putih (kg)
1
1
40
2
2
40
3
3
35
4
4
30
5
5
30
6
6
25
7
7
20
Total
7
220

Perhitungan Market share, Indeks Herfindahl, dan Concentration for Biggest 4
Market Share
Indeks Herfindhl
Concentration for Biggest 4
Konsentrasi Rasio
Nilai Market Share (%)
Konsentrasi Kumulatif dari Market Share (%)
(Kr1)2 + (Kr2)2 + .... + (Krn)2
IH

x100%

CR4
0.1818
18.18
18.18
(0.1818)2
0.1496
x 100%
0.1818
18.18
36.36
(0.1818)2
0.1591
15.91
52.27
(0.1591)2


0.1363
13.63
65.90
(0.1363)2

65.90%
0.1363
13.63
79.53
(0.1363)2


0.1136
11.36
90.89
(0.1136)2


0.0909
9.09
99.89
(0.0909)2


0,9998
99.98






Perhitungan Indeks Rosenbluth
R       =
          =
          =  
          =
          = 0,001395284

Perhitungan Indeks Gini
Kelas
Jumlah Pedagang
Jumlah Volume Pembelian
≤ 30
4
105
31 - 60
3
115
Total
7
220

Pedagang

Volume Pembelian

% Absolut
% Kumulatif
% Absolut
% Kumulatif
57,14
57,14
47,73
47,73
42,86
100
52,27
100




Koefisien Gini Interval 1 dan 2
=
=  
=
= 0,0941

a.      Kedelai
No.
Pedagang Pasar Mergan
Volume Pembelian Kedelai (kg)
1
1
10
2
2
9
3
3
7
4
4
6
5
5
5
6
6
4
7
7
4
Total
7
45


Perhitungan Market share, Indeks Herfindahl, dan Concentration for Biggest 4
Market Share
Indeks Herfindhl
Concentration for Biggest 4
Konsentrasi Rasio
Nilai Market Share (%)
Konsentrasi Kumulatif dari Market Share (%)
(Kr1)2 + (Kr2)2 + .... + (Krn)2
IH

x100%

CR4
0.2222
22.22
22.22
(0.2222)2
0.1512
x 100%
0.2000
20.00
42.22
(0.2000)2
0.1555
15.55
57.77
(0.1555)2


0.1333
13.33
71.10
(0.1333)2

71.10%
0.1111
11.11
82.21
(0.1111)2


0.0888
8.88
91.09
(0.0888)2


0.0888
8.88
99.97
(0.0888)2


0.9997
99.97






Perhitungan Indeks Rosenbluth
R         =
            =
            =  
          =
          = 0,001502946
Perhitungan Indeks Gini
Perhitungan Indeks Gini
Kelas
Jumlah Pedagang
Jumlah Volume Pembelian
≤ 6
4
19
7 - 10
3
26
Total
7
45

Pedagang

Volume Pembelian

% Absolut
% Kumulatif
% Absolut
% Kumulatif
57,14
57,14
42,22
42,22
42,86
100
57,78
100




Koefisien Gini Interval 1 dan 2
=
=
= 0,1492

3.3     Struktur Pasar
     Berdasarkan perhitungan dengan 4 alat analisis diatas, dapat diketahui struktur pasar yang tebentuk di pasar Mergan sebagai berikut :
a.       Bawang Putih
Indeks Herfindahl                             : Oligopoli
Concentration for Biggest 4             : Oligopoli                  
Indeks Rosenbluth                            : Pasar Persaingan Sempurna
Indeks (Koefisien) Gini                    : Pasar Persaingan Sempurna

b.      Kedelai
Indeks Herfindahl                             : Oligopoli
Concentration for Biggest 4             : Oligopoli
Indeks Rosenbluth                            : Pasar Persaingan Sempurna
Indeks (Koefisien) Gini                    : Pasar Persaingan Sempurna





















BAB 1V
PENUTUP

4.1     Kesimpulan
Pasar yang merupakan tempat bertemunya penjual dan pembeli sehingga terjadinya suatu permintaan dan penawaran memiliki peranan penting bagi konsumen yang membutuhkan produk maupun jasa. Struktur pasar sendiri bermacam-macam tergantung dengan jumlah pembeli dan penjual, jenis barang yang ditawarkan dan akses masuknya. Selain itu struktur pasar dapat ditentukan denagn perhitungan matematis dengan Indeks Gini, Indeks Rosnbluth, CR4, dan Indeks Herfindahl yng hasil dari perhitungannya dimasukkan kedlam kategori-kategori struktur pasarnya.
Pasar tradisonal mergan memiliki produk-produk yang sangat beragam dan harga yang dijual sangat terjangkau sehingga sampai saat ini masih sebagai pilihan masyarakat menengah kebawah sebagai tempat untuk jual beli bahan pokok, tapi disisi lain ada kekurangnya dari segi produk yang tidak dikemas karean hal itu mempengaruhi harga produk yang dijual.

4.2  Saran
            Peran pasar tradisional sampai saat ini masih penting karena juga sebagi tempat berputarnya roda ekonomi, saat ini ada beberapa pasar tradisional yang masih kurang memperhatikan produk-produk yang dijual seperti pengemasan karena hal itu akan menambah nilai jual produk, hal ini harus disosialisasikan agar para penjual di pasar tradisonal lebih baikl agi dan tidak kalah saing dengan pasar modern.




DAFTAR PUSTAKA

Hitt, M. A. Ireland, R. D. and Hoskisson, R. E. (2001). Manajemen Strategi (Daya Saing dan Globalisasi), Terjemahan, Edisi Pertama, Jakarta: Salemba Empat.
Priyanto, Bambang. 2005. AnalisisStruktur, Perilaku, dan Penampilan Pasar pada Pemasaran Tembakau Voor-Oogst. Tesis Program       Pasca Sarjana Universitas Brawijaya. Malang.
Sukirno, Sadono. 2005. Mikro Ekonomi, Teori Pengantar. Edisi Ketiga. PT. Raja        Grafindo Persada. Jakarta.